Dita, anak lucu yang berumur 3 tahun
ini hidup bersama orangtua yang super sibuk dan pembantu yang sangat
menyayanginya.
Pagi itu, Dita sedang asik bermain
dan dia melihat sebuah paku berkarat. Dita menganggap paku berkarat itu sama
dengan pensil kesayangannya yang biasa dia gunakan untuk menggambar. Dita mencoret-coret
lantai rumahnya dengan paku berkarat itu, Dita juga mencoret-coret mobil hitam
Ayahnya yang berwarna hitam yang baru 1 tahun dibeli. Dita yang merasa bangga
dengan hasil coretan lucu di mobil Ayahnya terus melakukan hal itu berulang
kali. Si Pembantu atau Mbok Narti sedang membersihkan halaman , jadi dia tidak
mengetahui apa yang dilakukan Dita saat itu.
Sang mentari mulai berganti dengan
kerlip-kerlip kecil di langit. Orangtua Dita baru pulang dari kerjanya. Hal
pertama yang dilihat oleh Ayah Dita adalah mobilnya. Seakan tak percaya, ia
melihat mobil kesayangannya menjadi mobil bermotif aneh.
“Mbokkk…. Apa-apaan ini? Siapa yang
mencoret-coret mobilku?” Teriak ayah Dita.
Mbok Narti dan Dita yang sedang
melihat TV, langsung lari ke depan dan melihat Ayah Dita seperti orang yang
kerasukan iblis. Belum sempat Mbok Narti bertanya, Dita mendekati Ayahnya dan
berbicara dengan manjanya…
“Itu gambaran Dita Ayah.. Bagus kan?
Dita pandai menggambar kan ayah?“
Tanpa memperdulikan kemanjaan anak
lucu itu, Ayah mengambil tongkat dan memukul kedua tangan Dita . Berulang kali
tingkat itu melambung ke arah Dita.
“Ayah… Sakit Ayah… Sakit… Jangan pukuli Dita!“
Dita merengek kesakitan.
Ibu Dita diam saja melihat kejadian
itu, seakan mengikhlaskan anak semata wayangnya dipukuli. Setelah puas memukuli
Dita, Ayah dan Ibu langsung masuk ke rumah tanpa memperdulikan Dita yang
merengek kesakitan.
Mbok Narti yang kasihan melihat
Dita, membawa Dita ke kamarnya untuk diobati. Mbok Narti mengobati luka di
tangan Dita dengan penuh kesabaran sambil ditiupnya berulang kali luka itu agar
Dita tidak merasa kesakitan.
“ Hihihihi… Sakit Mbok..
Pelan-pelan, tangan Dita sakit sekali Mbok… Hihihihi..“ Ucap Dita berulang kali
saat Mbok Narti mengobati luka di tangan Dita.
Keesokan harinya tangan Dita mulai
membengkak. Orangtua Dita tidak memperdulikan Dita karena masih merasa marah
dengan kelakuan Dita. Beberapa hari kemudian, badan Dita mendadak demam tinggi
dan tangan Dita mulai bernanah.
“Tuan, Nyonya.. Dita demam tinggi. Apa sebaiknya
tidak dibawa ke rumah sakit saja?“ Saran Mbok Narti.
“Ya udah.. Nanti kita bawa ke klinik saja!“
ucap Ibu Dita
Saat Dita dibawa ke klinik, pihak
klinik menyuruh agar Dita di bawah ke rumah sakit karena luka di tangan Dita
sudah terlalu parah. Sampai di rumah sakit, Dita langsung diperiksa oleh
dokter. Setelah beberapa jam memeriksa Dita, dokter memanggil orangtua Dita.
“Maaf Pak, Bu.. Tidak ada pilihan
lain. Kedua tangan Dita harus diamputasi karena lukanya sudah sangat parah
bahkan sampai mengeluarkan nanah. Jika tidak diamputasi tangan Dita akan lebih
parah lagi dan pasti tidak ada pilihan lain selain diamputasi.“ Dokter
mengucapkan hal yang paling tidak diduga oleh Ayah dan Ibu Dita.
“Apa tidak ada pilihan lain Dokter?
Apa tangan anak kami harus diamputasi?“ Tanya Ayah Dita dengan perasaan
bercampur aduk.
“Maaf Pak, itu adalah jalan terbaik“
jawab Dokter
Bagaikan disambar halilintar, hati
orangtua Dita hancur saat mendengar tangan anaknya harus diamputasi. Dengan berat
hati, Ayah Dita menandatangani surat persetujuan dari Dokter. Ibu Dita terus
menangis dipelukan Ayah Dita setelah mendengar kabar tersebut.
Hari dimana saat Dita setelah
dioperasi. Dita yang terbangun dari tidur panjangnya sangat kaget melihat
orangtuanya dan Mbok Narti menangis melihatnya, tapi yang paling Dita kagetkan
adalah saat melihat tangannya tidak ada. Dengan air mata yang membasahi pipinya
Dita mengucapkan sesuatu ke Ayahnya……
“Ayah.. Dita janji nggak akan nakal lagi. Dita nggak akan mecoret-coret mobil Ayah lagi. Dita akan berhati-hati saat bermain. Dita janji Ayah. Dita juga sayang Mbok Narti. Sekarang tolong kembalikan tangan Dita Ayah.. Ayah, kembalikan tangan Dita. Lalu, bagaimana cara Dita meminta maaf ke Ayah dan Ibu jika tangan Dita Ayah ambil? Tolong kembalikan tangan Dita Ayah,.. Bagaimana jika Dita ingin makan, Bagaimana cara Dita bermain? tolong kembalikan tangan Dita Ayah, Dita Mohon…!!“ Ucap Dita sambil menangis dihadapan Ayah dan Ibunya.
“Ayah.. Dita janji nggak akan nakal lagi. Dita nggak akan mecoret-coret mobil Ayah lagi. Dita akan berhati-hati saat bermain. Dita janji Ayah. Dita juga sayang Mbok Narti. Sekarang tolong kembalikan tangan Dita Ayah.. Ayah, kembalikan tangan Dita. Lalu, bagaimana cara Dita meminta maaf ke Ayah dan Ibu jika tangan Dita Ayah ambil? Tolong kembalikan tangan Dita Ayah,.. Bagaimana jika Dita ingin makan, Bagaimana cara Dita bermain? tolong kembalikan tangan Dita Ayah, Dita Mohon…!!“ Ucap Dita sambil menangis dihadapan Ayah dan Ibunya.
Tak
kuat menahan air mata saat Dita mengucapkan kata-kata indah itu. Ibu Dita
menangis dan memeluk erat Dita yang terus menangis tanpa henti. Ayah sangat
menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.
Mulai saat itu, Dita selalu mendapat
perhatian penuh dari orangtunya. Bahkan sampai sekarang Dita selalu
bertanya-tanya alasan kenapa tangannya diambil?
Cr: Nelly Mei Ristanti & Atma Risanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar