Senin, 28 Januari 2013

Ayah... Tolong Kembalikan Tangan Dita!



Dita, anak lucu yang berumur 3 tahun ini hidup bersama orangtua yang super sibuk dan pembantu yang sangat menyayanginya.
Pagi itu, Dita sedang asik bermain dan dia melihat sebuah paku berkarat. Dita menganggap paku berkarat itu sama dengan pensil kesayangannya yang biasa dia gunakan untuk menggambar. Dita mencoret-coret lantai rumahnya dengan paku berkarat itu, Dita juga mencoret-coret mobil hitam Ayahnya yang berwarna hitam yang baru 1 tahun dibeli. Dita yang merasa bangga dengan hasil coretan lucu di mobil Ayahnya terus melakukan hal itu berulang kali. Si Pembantu atau Mbok Narti sedang membersihkan halaman , jadi dia tidak mengetahui apa yang dilakukan Dita saat itu.
Sang mentari mulai berganti dengan kerlip-kerlip kecil di langit. Orangtua Dita baru pulang dari kerjanya. Hal pertama yang dilihat oleh Ayah Dita adalah mobilnya. Seakan tak percaya, ia melihat mobil kesayangannya menjadi mobil bermotif aneh.
 “Mbokkk…. Apa-apaan ini? Siapa yang mencoret-coret mobilku?” Teriak ayah Dita.
Mbok Narti dan Dita yang sedang melihat TV, langsung lari ke depan dan melihat Ayah Dita seperti orang yang kerasukan iblis. Belum sempat Mbok Narti bertanya, Dita mendekati Ayahnya dan berbicara dengan manjanya…
“Itu gambaran Dita Ayah.. Bagus kan? Dita pandai menggambar kan ayah?“
Tanpa memperdulikan kemanjaan anak lucu itu, Ayah mengambil tongkat dan memukul kedua tangan Dita . Berulang kali tingkat itu melambung ke arah Dita.
 “Ayah… Sakit Ayah… Sakit… Jangan pukuli Dita!“ Dita merengek kesakitan.
Ibu Dita diam saja melihat kejadian itu, seakan mengikhlaskan anak semata wayangnya dipukuli. Setelah puas memukuli Dita, Ayah dan Ibu langsung masuk ke rumah tanpa memperdulikan Dita yang merengek kesakitan.
Mbok Narti yang kasihan melihat Dita, membawa Dita ke kamarnya untuk diobati. Mbok Narti mengobati luka di tangan Dita dengan penuh kesabaran sambil ditiupnya berulang kali luka itu agar Dita tidak merasa kesakitan.
“ Hihihihi… Sakit Mbok.. Pelan-pelan, tangan Dita sakit sekali Mbok… Hihihihi..“ Ucap Dita berulang kali saat Mbok Narti mengobati luka di tangan Dita.
Keesokan harinya tangan Dita mulai membengkak. Orangtua Dita tidak memperdulikan Dita karena masih merasa marah dengan kelakuan Dita. Beberapa hari kemudian, badan Dita mendadak demam tinggi dan tangan Dita mulai bernanah.
 “Tuan, Nyonya.. Dita demam tinggi. Apa sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit saja?“ Saran Mbok Narti.
 “Ya udah.. Nanti kita bawa ke klinik saja!“ ucap Ibu Dita
Saat Dita dibawa ke klinik, pihak klinik menyuruh agar Dita di bawah ke rumah sakit karena luka di tangan Dita sudah terlalu parah. Sampai di rumah sakit, Dita langsung diperiksa oleh dokter. Setelah beberapa jam memeriksa Dita, dokter memanggil orangtua Dita.
“Maaf Pak, Bu.. Tidak ada pilihan lain. Kedua tangan Dita harus diamputasi karena lukanya sudah sangat parah bahkan sampai mengeluarkan nanah. Jika tidak diamputasi tangan Dita akan lebih parah lagi dan pasti tidak ada pilihan lain selain diamputasi.“ Dokter mengucapkan hal yang paling tidak diduga oleh Ayah dan Ibu Dita.
“Apa tidak ada pilihan lain Dokter? Apa tangan anak kami harus diamputasi?“ Tanya Ayah Dita dengan perasaan bercampur aduk.
“Maaf Pak, itu adalah jalan terbaik“ jawab Dokter
Bagaikan disambar halilintar, hati orangtua Dita hancur saat mendengar tangan anaknya harus diamputasi. Dengan berat hati, Ayah Dita menandatangani surat persetujuan dari Dokter. Ibu Dita terus menangis dipelukan Ayah Dita setelah mendengar kabar tersebut.
Hari dimana saat Dita setelah dioperasi. Dita yang terbangun dari tidur panjangnya sangat kaget melihat orangtuanya dan Mbok Narti menangis melihatnya, tapi yang paling Dita kagetkan adalah saat melihat tangannya tidak ada. Dengan air mata yang membasahi pipinya Dita mengucapkan sesuatu ke Ayahnya……
     “Ayah.. Dita janji nggak akan nakal lagi. Dita nggak akan mecoret-coret mobil Ayah lagi. Dita akan berhati-hati saat bermain. Dita janji Ayah. Dita juga sayang Mbok Narti. Sekarang tolong kembalikan tangan Dita Ayah.. Ayah, kembalikan tangan Dita. Lalu, bagaimana cara Dita meminta maaf ke Ayah dan Ibu jika tangan Dita Ayah ambil? Tolong kembalikan tangan Dita Ayah,.. Bagaimana jika Dita ingin makan, Bagaimana cara Dita bermain? tolong kembalikan tangan Dita Ayah, Dita Mohon…!!“ Ucap Dita sambil menangis dihadapan Ayah dan Ibunya.
      Tak kuat menahan air mata saat Dita mengucapkan kata-kata indah itu. Ibu Dita menangis dan memeluk erat Dita yang terus menangis tanpa henti. Ayah sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.
Mulai saat itu, Dita selalu mendapat perhatian penuh dari orangtunya. Bahkan sampai sekarang Dita selalu bertanya-tanya alasan kenapa tangannya diambil?


Cr: Nelly Mei RistantiAtma Risanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar