Senin, 10 Desember 2012

cerpen "PERGI"


Kriiiingggg…kriiiinggg…
Terdengar suara telpon berbunyi dari ruangan bawah.
    “Halo, dengan Dinda Kurniawan di sini. Dengan siapa saya bicara?”
Sosok perempuan cantik menerima telpon tersebut. Dia adalah salah seorang putrid kolongmerat di kota metropolitan ini, ya dia adalah Dinda.
“eh iya Din, ini Rico. Nadine ada ga?
“oh Rico, iya ada, tunggu sebentar ya?”
“iya, Din”
Dengan suara keras, Dinda berusaha memanggil Nadine, adiknya.
“Nadine…Nadine.?? Ini loh Rico telpon..!!”
“iya kaakk… sebentar….” Nadine turun dari anak tangga, satu persatu, bagaikan seoang putri Raja yang anggun.
“nih pacar kamu telpon…” gurau Dinda sambil memberikan telpon kepada Nadine.
“ahh kakak, apaan sih..??” jawab Nadine tersipu malu, sambil melihat kakaknya berlalu.
“Halo?”
“iya dek, halo juga”
“Ada apa kak?”
“Hmmm… ga ada apa-apa kok Cuma mau tanya aja”
“tanya? Tanya apa sih?” respon Nadine sigap.
“gini dek. Sabtu ini aku ada acara sama temen-temen di puncak, aku mau ngajak kamu, tapi kamu punya waktu ga?” tanya Rico ragu.
“hmmm.. gimana yaa? Boleh deh, sekalian refreshing, hehe tapi jemput ya?”
“oke deh, jam 7 aku jemput kok. Ya udah, kakak mau latihan basket dulu ya? I l love you”
“iya kakak, I love you too” menutup telpon sambil melepaskan seutas senyuman yang menawan tanda kebahagiaan,
***
Hari Sabtu tiba. Jam sudah menunjukkan angka 9, tetapi Rico belum juga datang menjemput Nadine.
“loh belum berangkat?” tanya Dinda dari balik pintu.
“belum nih, kak.. padahal rumah Kak Rico kan ga jauh amat, palingan setengah jam udah sampai, tapi belum datang juga..” dengan wajah cemberut menghiasi wajahnya.
“mungkin macet kali, coba aja kamu telpon dia..”
“udah kak, tapi ga ada respon”
“ya udah, sini duduk sama kakak..”
Nadine pun duduk di kursi teras sambil berusa terus menerus menghubungi Rico dengan wajah cemberut penuh kesal.
Beberapa menit kemudian, Nadine menerima telepon dari seseorang.
“Halo, apa benar ini keluarga dari saudara Rico?”
“keluarga? Emm iya, ada apa ya?”
“kami dari pihak Rumah Sakit Bhakti Husada, mengabarkan bahwa saudara Rico mengalami kecelakaan lalulintas…”
Degan spontan, ponsel yang digenggam Nadine terjatuh. Dinda yang tidak tau apa yang ia bicarakan merasa kaget.
“Ada apa, Din?”
“Kak…kak…ayo kita ke rumah sakit, ayo…!!!” paksa Nadine.
“iya dek kita ke sana, yapi ngapain?” tanya Dinda bingung.
“Rico, kak…. Rico…!!” jawab Nadine tergesa-gesa.
“iya dek, dia kenapa?” tanya Dinda semakin bingung.
“dia kecelakaan…” ungkap Nadine sambil meneteskan air mata.
“apa? Kecelakaan? Udah ya kamu tenag, kita kesana…”
Dinda dan Nadine pergi menuju RS Bhakti Husada. Nadine terus menangis mengkhawatirkan keadaan Rico.
***
Akhirnya, mereka sampai di rumah sakit dan langsung menuju receptionist.
“Mbak, pasien dengan nama Rico berada di ruangan mana?” tanya Dinda kepada salah satu receptionist.
“tunggu sebentar ya, saya cari dulu…”
“iya.. udah dek jangan nangis lagi….” Dinda berusaha menenangkan Nadine.
“ini dia, Saudara Rico berada di ruangan mawar nomor 05”
Nadine langsung meninggalkan kakaknya setelah mendengar tempat Rico dirawat.
“terima kasih ya mbak..”
“iya sama-sama…”
Dinda pergi mengikuti Nadine dengan langkah lebar berusaha mengejar Nadine. Nadine sampai di ruangan Rico dirawat, diikuti dengan Dinda.
“Rico….” ucap Nadine setelah melihat Rico yang terbaring lemah tak berdaya.
“Nadine..?” menyapa Nadine dengan seutas senyuman. Nadine mendekat. Melihat air mata yang menetes di pipi Nadine, Rico berusaha menghapus air mata itu.
“sudah, jangan nangis… aku gapapa kok…” kembali memberikan senyuman penuh kasih.
“aku cuma khawatir sam…..”
“ssttt…. Udahh…” Rico menyelah pembicaraan Nadine.
“udah ah nangisnya ntar make-up nya ilang lohh…” gurau Rico mencairkan suasana, Nadine menghapus air matanya.
“oh iya, tadi aku beliin kamu bunga mawar, tapi mawarnya agak rusak….” Rico memberikan bunga itu dan Nadine memeluknya erat.
“gapapa kok, aku seneng…” air mata Nadine kembali menetes.
“aku bahagia bisa kenal kamu, bisa sayangin kamu dan bisa cintai kamu sepenuh hati..” pelukan Rico semakin erat memeluk Nadine.
“aku mencintaimu, Nadine…” ucap Rico dengan nada lirih, tubuh Rico melemas dan deraian air mata menghujani kepergian Rico. Nadine melepaskan pelukannya.
“Rico…!!! Ricoo….!!!” teriak Nadine tak rela melepaskankepergian Rico. Kini Nadine hanya bisa menangis dan merana.

- THE END -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar